Rabu, 26 Oktober 2011

Adasca Prologue II Story II

Story II : The Moneyed boy and the Bum one
Tersebutlah “Rugiri” di seluruh penjuru kota Dolman. Sebuah klan yang terkenal dengan kedisiplinan mereka dalam mendidik keturunan mereka juga karena sifat arogan-nya.
Seperti biasa, di daerah selatan sedang diadakan festival Aloon. Dalam festival ini semua orang datang untuk menyaksikan para badut dari sirkus Pierot menunjukkan tehnik mereka dalam merangkai balon-balon menjadi bermacam-macam bentuk mulai dari hewan sampai alat transportasi dengan warna-warna terang yang kontras. Salah satu acara yang paling ditunggu adalah Kontes Duel Pierot. Acara ini selalu diikuti oleh para penduduk setempat.
Sebuah limosin hitam berkilau tiba dari arah utara. Muncullah seseorang dengan rambut rapi tersisir ke sebelah kanan dengan jasnya yang pasti tak murah. Orang itu membawa sebuah katana (pedang jepang) di sampingnya dan didampingi oleh pelayannya. Ia adalah Kira Rugiri, keturunan ke-4 Mashima Rugiri. Dilihat sekilas pun sudah terasa bahwa dia adalah seseorang berperangai pedas.
Seorang gadis kecil berlarian. Gadis itu berpakaian lusuh dan wajahnya berhias debu, cukup untuk menyimpulakn bahwa dia adalah seorang gelandangan. Tanpa disengaja gadis itu menabrak seseorang dengan penampilan yang mencolok yang tak lain adalah Kira. Gadis itu menatap wajah tenang Kira yang datar namun kemarahannya dapat dirasakan melalui tatapannya.
“ma-ma-maaf” gadis itu mulai menangis.
“anda baik-baik saja tuan muda?” pelayan Kira bergegas menghampiri Kira.
“tak apa”
“ma-maaf” sekali lagi gadis itu meminta maaf.
Kira merunduk dan menatap gadis kecil itu.
“apa telingamu sudah membusuk? Kubilang ‘tak apa’. Sekarang enyahlah, sampah!!”
Gadis itu ketakutan tak bisa bergerak. Matanya berlinang dengan air mata.
“cepat singkirkan sampah ini. Membuat mataku iritasi saja”
“baik tuan”
Seseorang dengan rambut berantakan menerobos kerumunan menuju arah gadis kecil itu. Ia mengepalkan tangannya dan mengarahkannya ke arah pelayan Kira yang hendak menyingkirkan gadis itu. Pelayan Kira sempat tersadar dan menangkis pukulan orang itu dengan kedua tangannya. Namun ia malah terpental karena tenaga orang itu yang terlalu kuat.
“kau tak apa-apa?”
“kak Orlando” gadis itu menangis dipelukan orang itu.
“sampah itu adikmu?” kata Kira.
“jaga mulutmu”
“kakak dan adik sama saja. Semua dibawah standar”
“daripada menghabiskan waktu dengan mulut busukmu, lebih baik kau urus pelayanmu”
Kira memandang pelayannya yang tak sadarkan diri dibelakangnya.
“biarkan saja. Dia memang dipekerjakan untuk melayaniku”
“melayani? Maksudmu untuk menggantikan popokmu?”
“apa katamu?” Kira mulai panas mendengar ocehan Orlando.
Segera Kontes Duel Pierot dimulai. Orang-orang mulai berkumpul di tengah alun-alun dan pembawa acara mulai memanggil satu persatu pesertanya. Akhirnya acara telah mencapai babak akhir, dan sang juara harus melawan juara tahun lalu untuk merebut piala dari tangannya. Dengan semangat yang menggebu-gebu, pembawa acara memanggil sang juara sebelumnya.
“ladies and gentlemen, mari kita sambut sang ‘tak terkalahkan’... Ooooorrlandooo”
Orang-orang bertepuk tangan menyambut Orlando yang datang ke atas arena duel.
“hoo..” Kira menatap Orlando dari kejauhan.
Kira datang ke arena duel, menarik sang juara dan menaiki arena untuk menantang Orlando.
“akulah yang akan jadi lawanmu” mata Kira menatap Orlando penuh dengan kemarahan begitu juga sebaliknya.
“tuan... kita tak perlu membuat masalah, kan? Kita hanya mampir” kata pelayan Kira.
“DIAM!”
“tapi..”
“apa ada yang keberatan?”
Semua orang di sana diam tak menjawab. Mereka tak pernah punya keberanian untuk memiliki masalah dengan klan Rugiri.
Mereka berdua mengambil pedang kayu mereka. Tanpa aba-aba ataupun pemberitahuan, Orlando dan Kira berlari ke tengah arena. Orlando yang baru berlari 3 langkah terkejut melihat Kira telah sampai di depan wajahnya dan siap menebas. Dengan sigap Orlando menahan serangan pedang Kira.
“hoo..” Kira mengejek Orlando.
“jadi kau itu seorang samurai?”
“hanya setengahnya”
Orlando mementahkan serangan Kira ke atas. Segera Kira memutar tubuhnya dan kembali menyerang Orlando dari posisi yang sama sedangkan Orlando masih belum siap dengan pedangnya. Orlando memutar tubuhnya untuk menghindari tebasa Kira yang sangat cepat. Terlihat ilmu pedang Kira sangat cepat gerakannya. Namun walau terdesak Orlando dapat mengimbangi gerakan pedang Kira. Orlando tertusuk pedang kayu di bagian perut kanannya. Segera ia menendang wajah Kira yang sedang terbuka. Kira terpental ke ujung arena. Terbakar dengan amarah, Kira berlari menerjang Orlando begitu pula dengan Orlando. Mereka mengadu pedang mereka terang-terangan di tengah arena. Namun pedang Kira patah karena kekuatan Orlando dan sekali lagi ia tertendang ke ujung arena.
“katana-ku” Kira berteriak kepada pelayannya yang berada di pinggir arena.
“ta-tapi tuan”
“kau tak mendengarku, hah?!”
Pelayan Kira segera memberikan katana milik Kira. Orlando datang dan siap menerjang Kira. Namun ia merasakan firasat buruk ketika ia melihat Kira menempatkan katana-nya tersarung di pinggang kanannya.
“Itu terlihat seperti sebuah kuda-kuda” pikirnya.
“Dageki no chiheisen” Kira mulai menarik pedangnya.
Orlando yang mendapat firasat buruk segera merunduk. Dan benar saja, tiba-tiba saja Kira sudah ada dibelakangnya dengan pedang yang masih tersarungkan sedangkan pedang kayu milik Orlando terbelah dua.
“celaka” Orlando dengan sigap berlari ke pinggir arena.
“Lora! Berikan aku pedangku” Orlando berteriak kepada adiknya meminta pedang miliknya.
Kira segera berbalik dan memasang kuda-kuda yang sama. Orlando yang yang baru mendapatkan pedangnya langsung berlari menerjang Kira.
“Dageki no chiheisen” Kira kembali menarik pedangnya dan menghilang dari tempatnya berpijak.
Sebuah bayangan berlari ke arah arena diantara kerumunan orang yang sedang takjub menyaksikan duel. Bayangan itu meloncat ke arena dan mendarat di antara Kira dan Orlando. Ia menahan pedang Orlando dengan sebuah prisai di tangan kirinya dan menahan tebasan Kira dengan pedang di tangan kanannya.
“apa?!” seru Orlando.
“minggir! Kau mengganggu,sampah!” kata Kira.
“Mond-line” orang itu menarik pedangnya.
Sebuah garis bercahaya muncul dari arah tebasan pedangnya yang menebas pedang-pedang Kira dan Orlando. Ia berhasil melucuti senjata keduanya.
“siapa kau ini?” tanya Kira.
“Konan Enduer” jawab orang itu.

0 komentar:

Posting Komentar