Rabu, 26 Oktober 2011

Adasca Prologue II Story II

0 komentar
Story II : The Moneyed boy and the Bum one
Tersebutlah “Rugiri” di seluruh penjuru kota Dolman. Sebuah klan yang terkenal dengan kedisiplinan mereka dalam mendidik keturunan mereka juga karena sifat arogan-nya.
Seperti biasa, di daerah selatan sedang diadakan festival Aloon. Dalam festival ini semua orang datang untuk menyaksikan para badut dari sirkus Pierot menunjukkan tehnik mereka dalam merangkai balon-balon menjadi bermacam-macam bentuk mulai dari hewan sampai alat transportasi dengan warna-warna terang yang kontras. Salah satu acara yang paling ditunggu adalah Kontes Duel Pierot. Acara ini selalu diikuti oleh para penduduk setempat.
Sebuah limosin hitam berkilau tiba dari arah utara. Muncullah seseorang dengan rambut rapi tersisir ke sebelah kanan dengan jasnya yang pasti tak murah. Orang itu membawa sebuah katana (pedang jepang) di sampingnya dan didampingi oleh pelayannya. Ia adalah Kira Rugiri, keturunan ke-4 Mashima Rugiri. Dilihat sekilas pun sudah terasa bahwa dia adalah seseorang berperangai pedas.
Seorang gadis kecil berlarian. Gadis itu berpakaian lusuh dan wajahnya berhias debu, cukup untuk menyimpulakn bahwa dia adalah seorang gelandangan. Tanpa disengaja gadis itu menabrak seseorang dengan penampilan yang mencolok yang tak lain adalah Kira. Gadis itu menatap wajah tenang Kira yang datar namun kemarahannya dapat dirasakan melalui tatapannya.
“ma-ma-maaf” gadis itu mulai menangis.
“anda baik-baik saja tuan muda?” pelayan Kira bergegas menghampiri Kira.
“tak apa”
“ma-maaf” sekali lagi gadis itu meminta maaf.
Kira merunduk dan menatap gadis kecil itu.
“apa telingamu sudah membusuk? Kubilang ‘tak apa’. Sekarang enyahlah, sampah!!”
Gadis itu ketakutan tak bisa bergerak. Matanya berlinang dengan air mata.
“cepat singkirkan sampah ini. Membuat mataku iritasi saja”
“baik tuan”
Seseorang dengan rambut berantakan menerobos kerumunan menuju arah gadis kecil itu. Ia mengepalkan tangannya dan mengarahkannya ke arah pelayan Kira yang hendak menyingkirkan gadis itu. Pelayan Kira sempat tersadar dan menangkis pukulan orang itu dengan kedua tangannya. Namun ia malah terpental karena tenaga orang itu yang terlalu kuat.
“kau tak apa-apa?”
“kak Orlando” gadis itu menangis dipelukan orang itu.
“sampah itu adikmu?” kata Kira.
“jaga mulutmu”
“kakak dan adik sama saja. Semua dibawah standar”
“daripada menghabiskan waktu dengan mulut busukmu, lebih baik kau urus pelayanmu”
Kira memandang pelayannya yang tak sadarkan diri dibelakangnya.
“biarkan saja. Dia memang dipekerjakan untuk melayaniku”
“melayani? Maksudmu untuk menggantikan popokmu?”
“apa katamu?” Kira mulai panas mendengar ocehan Orlando.
Segera Kontes Duel Pierot dimulai. Orang-orang mulai berkumpul di tengah alun-alun dan pembawa acara mulai memanggil satu persatu pesertanya. Akhirnya acara telah mencapai babak akhir, dan sang juara harus melawan juara tahun lalu untuk merebut piala dari tangannya. Dengan semangat yang menggebu-gebu, pembawa acara memanggil sang juara sebelumnya.
“ladies and gentlemen, mari kita sambut sang ‘tak terkalahkan’... Ooooorrlandooo”
Orang-orang bertepuk tangan menyambut Orlando yang datang ke atas arena duel.
“hoo..” Kira menatap Orlando dari kejauhan.
Kira datang ke arena duel, menarik sang juara dan menaiki arena untuk menantang Orlando.
“akulah yang akan jadi lawanmu” mata Kira menatap Orlando penuh dengan kemarahan begitu juga sebaliknya.
“tuan... kita tak perlu membuat masalah, kan? Kita hanya mampir” kata pelayan Kira.
“DIAM!”
“tapi..”
“apa ada yang keberatan?”
Semua orang di sana diam tak menjawab. Mereka tak pernah punya keberanian untuk memiliki masalah dengan klan Rugiri.
Mereka berdua mengambil pedang kayu mereka. Tanpa aba-aba ataupun pemberitahuan, Orlando dan Kira berlari ke tengah arena. Orlando yang baru berlari 3 langkah terkejut melihat Kira telah sampai di depan wajahnya dan siap menebas. Dengan sigap Orlando menahan serangan pedang Kira.
“hoo..” Kira mengejek Orlando.
“jadi kau itu seorang samurai?”
“hanya setengahnya”
Orlando mementahkan serangan Kira ke atas. Segera Kira memutar tubuhnya dan kembali menyerang Orlando dari posisi yang sama sedangkan Orlando masih belum siap dengan pedangnya. Orlando memutar tubuhnya untuk menghindari tebasa Kira yang sangat cepat. Terlihat ilmu pedang Kira sangat cepat gerakannya. Namun walau terdesak Orlando dapat mengimbangi gerakan pedang Kira. Orlando tertusuk pedang kayu di bagian perut kanannya. Segera ia menendang wajah Kira yang sedang terbuka. Kira terpental ke ujung arena. Terbakar dengan amarah, Kira berlari menerjang Orlando begitu pula dengan Orlando. Mereka mengadu pedang mereka terang-terangan di tengah arena. Namun pedang Kira patah karena kekuatan Orlando dan sekali lagi ia tertendang ke ujung arena.
“katana-ku” Kira berteriak kepada pelayannya yang berada di pinggir arena.
“ta-tapi tuan”
“kau tak mendengarku, hah?!”
Pelayan Kira segera memberikan katana milik Kira. Orlando datang dan siap menerjang Kira. Namun ia merasakan firasat buruk ketika ia melihat Kira menempatkan katana-nya tersarung di pinggang kanannya.
“Itu terlihat seperti sebuah kuda-kuda” pikirnya.
“Dageki no chiheisen” Kira mulai menarik pedangnya.
Orlando yang mendapat firasat buruk segera merunduk. Dan benar saja, tiba-tiba saja Kira sudah ada dibelakangnya dengan pedang yang masih tersarungkan sedangkan pedang kayu milik Orlando terbelah dua.
“celaka” Orlando dengan sigap berlari ke pinggir arena.
“Lora! Berikan aku pedangku” Orlando berteriak kepada adiknya meminta pedang miliknya.
Kira segera berbalik dan memasang kuda-kuda yang sama. Orlando yang yang baru mendapatkan pedangnya langsung berlari menerjang Kira.
“Dageki no chiheisen” Kira kembali menarik pedangnya dan menghilang dari tempatnya berpijak.
Sebuah bayangan berlari ke arah arena diantara kerumunan orang yang sedang takjub menyaksikan duel. Bayangan itu meloncat ke arena dan mendarat di antara Kira dan Orlando. Ia menahan pedang Orlando dengan sebuah prisai di tangan kirinya dan menahan tebasan Kira dengan pedang di tangan kanannya.
“apa?!” seru Orlando.
“minggir! Kau mengganggu,sampah!” kata Kira.
“Mond-line” orang itu menarik pedangnya.
Sebuah garis bercahaya muncul dari arah tebasan pedangnya yang menebas pedang-pedang Kira dan Orlando. Ia berhasil melucuti senjata keduanya.
“siapa kau ini?” tanya Kira.
“Konan Enduer” jawab orang itu.

Adasca Prologue II Story I

0 komentar
PROLOGUE : Trio Swordsman from Capital

Story I : Konan Enduer
Kota Amberspream, terletak nun jauh dari ibukota ke arah matahari terbenam. Di sebuah rumah yang penuh dengan pohon Ailanthus di pekarangannya, sebuah keluarga sedang menikmati piknik mereka. Taka da yang spesial dengan penampilan mereka, pakaian yang mereka kenakan tak lebih bagus dari masyarakat menengah di kota itu, begitu pula dengan sajian yang mereka lahap tak lebih enak dari pegawai sipil. Namun satu hal yang spesial dari mereka yaitu mereka menyandang marga ‘Enduer’.
‘Enduer’ adalah salah satu dari 8 klan yang paling disegani di seluruh tanah Adasca. Mereka menyebut klan ini’ Ocktache’.
Klan Enduer dikenal memiliki kewibawaan yang tinggi, kemampuan pemimpin kelas naga, juga karena sifat mulia. Mereka disegani karena memiliki daya tempur tinggi di kalangan bangsawan kesatria. Salah satu dari mereka yaitu Robinson Enduer, ditunjuk oleh raja menjadi menteri pertahanan.
Ada keturunan mereka yang paling muda yaitu Konan Enduer. Seakan memiliki semuanya di dunia ini, ia tampan, terkenal, pintar, tangguh, dan bijaksana. Ia menjadi kebanggan tersendiri bagi keluarganya. Suatu hari, Di atas balkoni ia duduk dengan pedang dan perisai tergeletak di sampingnya. bocah ini merenungkan semua kekurangannya lebih dari semua kelebihannya. Marissa Enduer yang tak lain adalah orang yang melahirkannya bertanya kepadanya.
“apa yang mengganggumu nak? Aku tak pernah melihat dahimu mengkerut seperti itu sebelumnya”
“entahlah ibunda. Ada sesuatu yang tidak benar.. tidak enak.. tidak membuatku nyaman”
“ada barang yang kau inginkan? Baju? Pernak-pernik?”
“tidak”
“kau sedang jatuh cinta?”
“bukan” wajah Konan memerah.
“apakah kau butuh sesuatu?”
“entahlah? Sepertinya begitu”
“berapa umurmu sekarang?”
“12 tahun” ia menjawab dengan wajah bingung.
“sepertinya...”
“’sepertinya’ apa?”
“sebaiknya kau berkonsultasi dengan ayahanda”
“memangnya ada apa dengan ayahanda?”
Ibu Konan tersenyum ketika ia hendak memberitahu sesuatu ke Konan.
“percaya atau tidak... ayahanda juga seperti dirimu. Ketika ia muda, ketika ia begitu sempurna, pikirannya kacau dengan ‘sesuatu yang kurang’”
“tak mungkin”
“kau tahu apa yang kau butuhkan?”
“apakah itu?”
“GA-I-RAH”
“gairah?”
“ya.. yang dibutuhkan untuk menjadi laki-laki. Semua yang kau butuhkan tersedia di sini, semua yang kau inginkan ada di sini... karena itulah tak ada ketegangan yang pernah hinggap di pundakmu”
“bagaimana ayahanda mendapatkannya?”
“ia berkelana kearah matahari terbit... ia bertemu saudara, kejayaan, dan juga masalah”
Segera Konan menemui ayahnya. Selama 2 hari 2 malam, ayahnya menceritakan tentang petualangannya yang menakjubkan.
Setelahnya, Konan merasa sesuatu merasukinya. Dadanya terasa sakit, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat, dan sedikit lebih keras dari pada biasanya. Namun bukannya wajah kesakitan yang terlukis di wajahnya, ia tersenyum kegirangan membayangkan jika ia adalah pemeran utama dari cerita ayahnya tersebut. Tak salah lagi, Konan telah sedikit belajar tentang ‘gairah’.
Akhirnya ia memutuskan untuk berkelana. Ia meninggalkan semua yang ia punya di kampung halamannya untuk menemukan sesuatu yang akan ia temui nanti.

new Story: Adasca

0 komentar
akhirnya punya cerita baru juga... cekidot deh!

Adasca : The Order of Titan

PROLOGUE : King William

Pada saat persenjataan militer semakin maju, lahirlah seorang anak dengan bakat bertarung yang luar biasa. Ia memilih jalan karena mengagumi kakek buyutnya yang dulu seorang jendral perang pada masa medieval. Semakin dewasa semakin ia tak setuju dengan ideologi negara tempat ia tinggal. Setelah ia ditinggalkan keluarganya yang telah wafat saat berumur 19 tahun, ia meninggalkan negaranya dan memutuskan untuk membangun negaranya sendiri. Ditemani oleh kedelapan sahabatnya, dimulailah perjalanannya mencari wilayah untuk didirikan negara. Setelah 4 tahun berkelana, ia menemukan sebuah kota yang terisolir dan sedang menjadi daerah perang antara 5 negara kecil. Tak tahan dengan keadaan penduduk kota itu dan sahabat-sahabatnya memerangi negara-negara itu sebagai pihak ke-6. Bermodal kemampuan bertarung yang luar biasa dan teman-temannya yang setia, ia bertempur selama 7 bulan bersama penduduk kota itu. Ia berhasil mengalahkan semua tentara yang dikirim ke kota itu. Dalam pertempuran itu, 6 sahabatnya mati. 2 bulan setelahnya, bala tentara dari 2 negara yang dulu pernah menginvasi daerah itu kembali menyerang. Dia yang telah kehilangan 6 sahabatnya kewalahan menghadapi serbuan itu. Setelah 2 bulan bertahan menghadapi invasi, datang seorang witch (penyihir wanita) yang juga tak tahan dengan keadaan kota itu. Dengan adanya bantuan dari witch itu, bala tentara berhasil dibuat mundur. Setelah 2 minggu, semua tentara dari 2 negara itu kembali ke negaranya dan tak pernah kembali lagi. Penduduk kota itu mengangkatnya sebagai raja mereka dan ia mengangkat 2 sahabatnya sebagai mentri. Tak lama kemudian sang raja mengangkat witch yang membantunya sebagai ratu.
10 tahun sudah berlalu, sekarang raja telah mempunyai seorang pangeran mahkota beserta ke delapan anaknya, yaitu 6 pangeran dan 2 putri. Pangeran pertama mati berperang ketika berumur 20 tahun. Pangeran ke-2 & ke-3 wafat disebabkan oleh penyakit aneh yang muncul pada saat itu. Di tahun 2131 sang raja William Adasca wafat dan digantikan oleh putranya Charles Adasca.
Pada tahun 2142, terjadi masalah politik dari dalam yang disebabkan oleh perdana mentri Riando, yaitu salah satu dari 2 sahabat raja William yang selamat. Atas saran pengeran ke-5, perdana mentri dibunuh diam-diam oleh seorang assasin yang disewa oleh pangeran ke-5. Posisi perdana mentri digantikan oleh satu-satunya sahabat raja William yang masih hidup. Pangeran ke-4 tidak setuju dengan keputusan ayahnya yang mengikuti rencana pangeran ke-5 yang dianggapnya sebagai tindakan pengecut. Pangeran ke-4 pergi dari kerajaan pada tahun 2142.
Awal tahun 2143, kerajaan kembali berduka. Mantan ratu victoria wafat di umurnya yang ke-64 tahun.
Karena sifatnya yang pembangkang, pangeran ke-5 diusir dari kerajaan pada tahun yang sama.
Setelah berumur 18 tahun, pangeran ke-6 disekolahkan di sebuah academy yang melatih para royal knight yaitu ‘Madivard’ yang didirikan oleh raja William dan namanya diambil dari salah satu sahabat raja William yang wafat saat perang dulu.
--2177—pangeran ke-6 yaitu Hanford Adasca diangkat sebagai raja ke-III. Bersama kedua saudarinya, ia memimpin kerajaan Adasca dan berhasil mencapai puncak kejayaan.

bentuk PDF:
Adasca: Prologue I

Revisi Episode ke 1 (Lucky Holic) bag. II

0 komentar
bab ke 2 lucky holic yang sudah ku revisi...
ini kilasannya...

CHAPTER 2
Agreement
“OOhhh tidak!!!!” suara Yusi menyambar ke segala arah.
“aduh.. bagaimana nih? Xander K.O lagi” Yusi panik sambil terus memperhatikan Xander yang keadaannya semakin parah (terima kasih untuk Yusi).
“Fira.. sepertinya kita punya dosa yang sama. Nggg... Fir?” suasana hening, Fira tak kunjung menjawab Yusi.
Ternyata di dekat Yusi sudah tak ada siapapun. Yusi keluar ke halaman rumahnya. Di sanapun tak satu bulu hidung pun yang tampak. Fira telah menghilang bersama mobil dan tanggung jawabnya.
“Oh.. diriku terharu sekali. Terima kasih nyonya sahabat dekatku” Yusi sangat terharu atas kelakuan Fira.
“GGRRR.... dia menghilang lebih cepat daripada sebuah kentut”
Perlahan namun tak pasti Yusi pulih dari panik.
“Richard!!” Yusi memanggil anjing peliharaannya.
Namun peliharaannya itu tak kunjung datang.
“Richard... aku punya susu” goda Yusi.
“gguuuuuuuukkkkk!! (aku datang!!)” seekor anjing ....... melompat dari atap rumah dan mendarat di depan Yusi.
Segera setelah ia mendarat (dengan selamat) ia memasang wajah tampan.
“gguk guuk? (ada apa nyonya?)”
“anjing sialan” pikir Yusi.
“Richard! Tolong jaga orang bertampang mesum yang ada di dalam garasi”
“guk! (siap)”
“jika dia bangun, buat dia kembali pingsan. Kau boleh cakar dia, menjilati dia... tapi jangan kencingi dia, oke?”
“gukk! (oke!)”
“dan jika dia hilang... kau dalam masalah.. mengerti? letnan?”
10 menit kemudian Yusi datang dengan membawa obat-obat luka dan beberapa perban yang secara tak sengaja ia ambil dari UKS sekolahnya sekitar 4 bulan yang lalu. Richard sudah menunggunya di depan garasi.
“bagaimana? Tak terjadi apa-apa kan?”
Richard mengangguk.
“kerja bagus letnan!”
“gguk gguk (terima kasih madam)”
“oke kau boleh pergi”
Namun Richard tak bergerak dari tempatnya berdiri sekarang bahkan sesenti.
“kenapa? Kau boleh pergi sekarang” Yusi terus menyuruhnya untuk pergi.
Namun Richard tetap tak mau pergi. Mata Yusi dengan sinis menatap Richard.
“kau... ingin minta upah kan?”
“nggg...guk.. guk gguk (ngg... walau berat mengakuinya.. dengan terpaksa aku ingin dapat upah)”
“dasar anjing tak tahu terima kasih” Yusi memberikan majalah yang ia beli di cafe siang tadi.
“guk.. grrr, guk (apa ini?.. kau, memberikanku ini?)”
“jangan menghina.. majalah itu sudah berhasil membuat majikanmu ini malu di depan orang mesum yang sekarang ada di dalam garasi”
“guk~ (lalu kenapa kau beli majalah ini? Lagian, jika ada masalah bisa diselesaikan dengan baik dan tak perlu menculik orangnya kan? Dan juga.. kenapa penculikan yang terpikir olehmu? Otakmu dangkal sekali sih?)”
“lihat dia... dulu dia begitu lucu. Tapi sekarang anjing gue ini sudah berani menghina, menasihati, melecehkan, dan menghina majikannya sendiri” kata Yusi dalam hatinya.
Setelah perdebatan yang cukup alot antara anjing dan majikannya, Richard pun....

bentuk pdf:
http://www.mediafire.com/file/0o18fy5o4hu5tx8/LH%20CH2%20%28REVISED%29.pdf

Revisi Episode ke 1 (Lucky Holic)

0 komentar
kli ini gw cma mau ngepost crita yg sudah gw perbaiki(entah makin baik ato malah makin ancur) baik dari segi cerita dan bahasa...
brikut kilasannya


CHAPTER 1
FIRST DAMN
Di depan pintu masuk Sekolah seni swasta, dimana suasana paginya berwarna cerah seperti warna cola dan langit sedang terbahak-bahak menyambarkan petirnya. Seorang gadis remaja terlihat sedang mencari sesuatu di papan pengumuman penerimaan murid baru yang baru saja dipasanag (sekitar 3 menit yang lalu). Kepalanya berpindah-pindah dari kiri ke kanan berulang-ulang seperti mesin ketik. Kelingking kirinya mencari namanya di papan dan tangan kanannya sibuk memegangi senter menyorotkan cahaya ke papan, maklum bila ia butuh senter karena kondisi cuaca yang begitu cerahnya.
“Yu..u..si.. Pu..tri...ana..” gumamnya mencari-cari namanya. Yap nama mahluk ini adalah Yusi Putriana, umurnya sekitar 16 tahun 2 bulan 11 hari.
“ADA!” serunya ketika menemukan namanya di papan pengumuman. Kepalanya langsung menggeleng-geleng ke kanan dan ke kiri seperti bandul jam antik.
“gue sudah tahu kalau gue bakal lulus...”
Ia mengeluarkan handphone miliknya dari dalam tasnya dan menghubungi ibunya.
“halo... mama! Coba tebak...”
Yusi menyingkir dari papan pengumuman karena sudah mulai ramai.
“kau lulus ujian masuk SMA karno dengan nilai sedikit menyedihkan kan?” suara ibunya terdengar datar dari dalam telepon.
“.....kok mama tahu?” alis kanan Yusi terangkat karena bingung.
“yah... mama sudah meramalnya”
“meramal? Memangnya mama bisa?”
“iya... mama belajar dari tante”
“maksud mama meramal pakai kartu kredit?”
“yap”
“ya ampun”
“hei... kamu tahu sendirikan ramalan kartu kredit tantemu itu lebih akurat daripada pakai kartu tarot”
“yaya..lain kali lebih baik gunakan kartu remi... yasudah segitu saja. Oh ya... satu nasihat dari putrimu: jangan pernah kurangi uang sakuku” Yusi mengakhiri pembicaraannya dengan ibunya. Sekali lagi ia membuat panggilan.
“halo... papa?.. coba tebak”
“apa? Kamu lulus ujian masuk SMA karno dengan nilai yang sedikit menyedihkan kan?” suara ayahnya terdengar datar dari dalam telepon.
“jangan-jangan...” pikir Yusi.
“yah.. papa sudah meramalnya”
“pakai kartu kredit?” wajah Yusi berubah lemas.
“kok tahu?”
“ayolah... ada apa dengan kalian berdua”
10 menit kemudian- Yusi masuk kedalam sebuah mini market, ia membeli 2 kotak susu rasa vanilla dengan merek yang sama. Ketika kasir hendak menghitung harga barang belanjaan Yusi,
“maaf... mba. Ini sudah kadaluarsa... sebagai bentuk penyesalan, silahkan ambil 2 kotak susu lagi... gratis”
Susu yang diambil Yusi ternyata sudah kadaluarsa. Kasir itu terlihat sangat menyesal dan memberikan 2 kotak susu secara Cuma-Cuma plus koran hari itu.
Diluar mini market Yusi melihat sang sahabat bernama ‘Fira’ sedang melamun seperti orang idiot. Ingin hati berpura-pura enggak kenal namun pada akhirnya Yusi menghampirinya. Ketika dihampiri, Fira masih asyik melamun melihat ke arah seberang jalan. Yusi penasaran dengan apa yang sedang dilihat Fira di seberang jalan.
“ah... Xander” tanggap Yusi ketika melihat apa yang ditatap Fira di cafe terbuka di seberang jalan.
Yusi langsung mengerti situasi dan kondisi Fira.
“huff... kasihan loe. Sudah kenal selama 6 tahun tapi cinta Fira masih bertepuk sebelah kaki..”
Sudah berbicara sedemikian rupa Yusi malah ikutan melamun melihat Xander. Tak lama kemudian Xander menatap balik Yusi dan membuatnya tersadar.
“hazz... kenapa gue jadi ikutan melamun! Kurang ajar... ganteng juga mahluk itu” gumam Yusi sambil menggaruk-garuk kepalanya dan menghindari tatapan Xander karena takut dikutuk.
Sedangkan Fira yang masih bertengger di dunia serba putihnya malah tersenyum melihat Xander menatap ke arahnya.
Yusi berhasil menyadarkan Fira setelah melancarkan beberapa tamparan yang tidak seberapa tidak sakit dengan jumlah yang tak bisa dihitung dengan jari tangan bayi.
“eh... Yusi! sejak kapan elo ada di samping gue” bingung Fira sambil menyeka darah di hidungnya hasil kerja keras Yusi.
“baaaruuu aja kok!” Yusi tersenyum palsu.
Melihat senyum yang haus darah dari Yusi, Fira mengganti topik.
“eh, besok kita jadi kan nonton konser” tanya Fira riang bertabur sedikit ketakutan akan senyuman Yusi.
“tentu donk! Gue kan sudah beli tiketnya”
Mereka terus mengobrol dan mulai berjalan meninggalkan tempat. Yusi membuka koran yang baru dia dapatkan dan mengeluarkan secarik kertas kecil.
“apaan itu?” tanya Fira penasaran.
“lotere”
Yusi menyocokkan angka yang ada di kertasnya dengan yang ada di koran.
“gimana? Menang?” tanya Fira.
Yusi membuang korannya.
“jangan ditanya... tentu menang” Yusi menjawab dengan wajah yang kesal.
“lalu kenapa wajah loe seperti burung hantu begitu?”
“walaupun menang hadiahnya tak seberapa. Yang gue menangkan hanya lotere kecil”
“gue tahu perasaan loe. Yah, mau bagaimana lagi. Mereka tak mau menjual lotere kepadamu. Bahkan aku pernah melihat sepanduk bertuliskan ‘Yusi Putriana dilarang ikut’...” Fira mendongeng tentang Yusi.
“memangnya apa salah gue?”
“halloooo.... loe berhasil menang 43 kali berturut-turut!”
“memangnya itu salah?” Yusi memajang tampang polos dan tak terkejut seolah menang lotere itu hal yang biasa.
“enggak sih... Cuma gara-gara loe, enggak ada yang mau beli lotere lagi karena sudah pasti enggak bakal menang”
“bagus donk! Dengan begitu gue berhasil mengurangi perjudian di kota ini” kata Yusi dengan bangga.
“mengurangi? Lalu kenapa loe juga ikutan?”
“ngomong-ngomong... bagaimana hasil pengumumannya?” Yusi me-reset ekspresinya dan mengganti topik.
Fira terdiam kagum memperhatikan Yusi dengan wajah seperti burung hantu.
“belum gue lihat” jawab Fira, dan ia tak perlu menanyakan hasil Yusi.
Yusi mampir ke toko pakaian ‘Weardrop’. Ia berbincang dengan kasir di sana sambil menunggu pakaian yang ia pesan.
“nih pesanan loe Yus” salah satu karyawati di sana yang sudah akrab dengan Yusi menyerahkan pakaian yang ia bawa.
“trims”
Yusi bergegas menuju ruang ganti. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia membaca sebuah pesan yang masuk. Pesan itu bertulis “gue lolos!” yang dikirim oleh Fira. Yusi terus berjalan sembari membalas pesan Fira. Namun di tengah jalan ia bertabrakan dengan seorang pria. Yusi beruntung hanya jatuh tak terluka dan hanya terkena sedikit tumpahan kopi yang dibawa pria itu. Malangnya kepala pria itu terbentur di lantai namun masih tersadar.
“ma-maaf.. saya benar-benar tidak sengaja” Yusi berdiri sambil membersihkan bajunya.
Yusi kaget setengah mual melihat pria yang ditabraknya.
“eh... Xander!!”
Xander masih terkapar memegangi kepalanya, dan area 51-nya basah terkena tumpahan kopi. Yusi bermaksud meminta maaf. Ia berjalan mendekati Xander bermaksud menolong namun malah terpeleset tumpahan kopi dan terjatuh dan hebatnya lagi... kepala Yusi menghantam daerah segitiga bermuda milik Xander...

bentuk pdf:
http://www.mediafire.com/file/114wblxii0hv4yo/LH%20CH1%20%28REVISED%29.pdf